Kamis, 18 April 2013

Reunion day...

Hari ini ada reuni kecil-kecilan. Ketemuan sama kenny, meita, maya, n novi di starbucks citos. Harusnya ada Dian juga, tapi sepertinya anaknya lagi sakit.
Anyway, janjiannya pagi banget, jam 9 pagi. Aku yang pertama nyampe, langsung nyari tempat duduk. Untung dapet yang ngumpet di belakang counter, jadi bisa bebas ngobrol.

We talked, laughed, and had so much fun. We talked about everything from school, kids, friends, and gossips. LOL!

Oh.. I wish I could stay longer, but damn work, I had to leave before 11. Well, at least we managed to take pictures before I left. Thanks to Meita's tab with timer camera, we could take pics without having to ask for other's help. 😊😘

Still want more, girls. Hope we can meet again before meita's in labor. Hihihi...

Rabu, 17 April 2013

Stapler

Kemarin siabang ikut ke kantor, berhubung lagi libur karena kelas 6 ujian. Ikut bunda ke kantor biar bisa dibantuin bikin pr. Pas nunggu maksi, siabang maenin stapler. Ealaaaah... Kejadian kan, jarinya ketusuk stapler. Dasar mak cuek, sibuk ama iphone, ga sempet memperingatkan siabang jgn main stapler. Langsung lah siabang nangis.

Baruu aja makjudes mau ngomel, jadi gajadi begitu denger siabang ngomong begini, "Buuun, aku meninggal ga? Aku ga mau meninggal. Huhuhuhu..."

I was stunned, and then......laughed!!!
Siabang marah aku ketawain, jadi kupeluk sambil kujelasin soal meninggal. Sebenernya yg ketusuk itu kukunya, tapi nembus sampe dalem, jadi ada setitik darah di bawah kukunya.

I asked where he heard about death from, but he wouldn't answer.

Ah abang, you keep surprising me. So I just hug him and said, "I won't let anything happen to you". And he smiled.... :)

Rabu, 10 April 2013

Never Stop Listening

Kita tidak pernah tahu apa yang ada dalam hati orang lain. Bisa saja sih kita bertanya, namun tak ada garansi bahwa jawaban yang kita terima adalah jawaban jujur yang keluar dari lubuk hati terdalam.
Kita juga ga bisa menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya. Orang yang tertawa ceria belum tentu sedang berbahagia, orang yang diam belum tentu juga sedang bersedih.
Lalu bagaimana dong nyikapinnya?
Sikap terbaik adalah 'never stop listening'. Ucapan2 yang muncul di saat santai biasanya adalah true facts, don't ignore them. Is it easy? Belum tentu. Karena bisa jadi suasana santai jadi mengurangi 'keseriusan' fakta2 tadi, sehingga cenderung terlupakan.
Satu lagi, never ask for too much understanding from others. You never know how long they will hold on. You never know when they would stop holding on. Mostly, even they dont know when they would stop holding on.

So, never stop listening...

Tak Ada Yang Sempurna


Katakan padaku
Apa yang ada di hatimu
Mungkin bisa membuatmu merasa lebih ringan
Mungkin bisa membuat bebanmu terasa sedikit terangkat
Katakan padaku
Apa yang mengganggumu
Tak usah merasa malu
Aku disini tidak untuk menilaimu
Aku disini untuk membantumu
Menjadi telinga pendengarmu
Menjadi penasihatmu
Menjadi tempat keluh kesahmu
"The less you talk, the less you get into conflict"

Mungkin inilah motto orang-orang pendiam, ataukah orang-orang takut konflik? Semakin sedikit bicara, makin sedikit interaksi dengan orang lain, makin sedikit konflik yang mungkin timbul. Bener ga sih motto seperti ini? Tergantung kali yaa.. :) 


Jadi berpikir tentang 'motto' di atas. Betulkah begitu? Bisa jadi ya. Kata pepatah kan mulutmu harimaumu. Jadi semakin sedikit yang keluar dari mulut, semakin sedikit harimau yang keluar. :p

Papa

Kemarin ngobrol dengan kakak via BBM. Kakak mengungkapkan kekagetannya menerima kabar dari salah satu saudara kami bahwa Papa kami baru saja membeli tanah kavling di Tanah Kusir. Alasannya karena selama ini sepengetahuannya, Papa kepingin kelak dikuburkan di kampung. Rupanya kakak belum tahu bahwa Papa sudah lama berniat dikuburkan di Jakarta kelak.

Dan baru 2 hari sebelumnya Papa menunjukkan kepada saya dimana Papa menyimpan map yang isinya dokumen dari Al Azhar perihal layanan pemandian jenazah. Kata Papa, "Papa simpan di meja sini. Nanti ngga bingung lagi nyarinya ya."

Semua ini saya ceritakan ke suami. Dan tanggapan suami membuat saya terdiam...

Suami salut pada semua persiapan-persiapan yang dilakukan Papa. Artinya, Papa tidak mau merepotkan semua orang, terutama keluarganya.
Suami bilang orang itu sendirilah yang mengerti apakah dirinya sakit atau sehat. Lalu suami bercerita mengenai Papi-nya, almarhum ayah mertua saya, yang sudah lebih dulu pergi, bahkan sebelum saya mengenal suami. Mengenai apa yang terjadi (ini bukan pertama kalinya saya mendengar cerita ini. :) )

Dan cerita suami membuat saya berpikir. Membuat saya diingatkan kembali. Saya belum banyak berbuat untuk Papa. Bahkan sampai saat ini masih banyak keputusan-keputusan Papa yang saya dan keluarga masih tidak setuju, meskipun kami semua sepakat  bahwa Papa menginginkan yang terbaik untuk kami, yang sayangnya tidak selalu kami anggap yang terbaik untuk kami juga. Aku ingat sekali Papa pernah berkata bahwa Papa akan mengikuti kemauan kami karena Papa tak ingin 'disalahkan' setelah meninggal nanti. Ya, keluarga besar berarti pemikiran yang banyak karena banyak kepala. Tak mudah menyatukan semua itu.

Tapi suami benar. Papa sudah terlalu tua. Papa memang masih memiliki kegiatan, tapi seharusnya kegiatan itu tidak menyita pikiran seperti sekarang ini. Atau, seharusnya kami tidak menambahi pikiran Papa dengan hal-hal lain yang seharusnya kami selesaikan sendiri.