Selasa, 12 November 2013

Marriage

Aku baru aja mengunjungi seorang teman, rame-rame sih. Teman ini sedang sakit, dan sebenarnya kami sudah merencanakan breakfast bareng pagi ini. Akhirnya pindahlah acaranya ke rumah teman ini. 
Dia juga sedang punya masalah dalam pernikahannya. Hari ini aku dengar dia sudah bertekad untuk mengajukan cerai. Lalu kudengar pula cerita-cerita tentang 'pertengkaran' dengan suaminya, yang terus bermunculan sejak pertama kudengar curhatannya lebih dari 6 bln yang lalu. 
Sedih... Sedih mendengar isi pertengkarannya. Sedih mendengar perlakuan suaminya. Ya, aku tahu, aku hanya mendengar cerita dari satu sisi. Tapi bagiku, ketika seorang yang sudah menikah memutuskan untuk selingkuh, kesalahan tetap ada pada orang tersebut. You don't fix your problem by having an affair with another. If you do that, you're making more problems. 

I'll be talking on behalf of the wife of course, because that's where I am now. OK, alasan selingkuh? Istri ga punya waktu melayani suami. Rumah ga pernah rapi. Hello... Anak banyak, tanpa pembantu, tanpa supir, sekolah jauh. She's driving her children everywhere. Kalo si suami kerjanya bukan supir merangkap pembantu, ga punya hak untuk protes karena betapa kerjaan istrinya itu sangat menguras tenaga! Wajar dong kalo sampe rumah tepar. Konon lagi mau melayani di tempat tidur, she probably doesn't have the energy. Suami punya hak? Yes! But be rational please. Istri bukan budak yang bisa dipaksa. Lagian emg jaman gini msh ada budak? Pembeti dibanyakin kerja dikit aja langsung kabur tuh. Lagian lagi, mau ya 'gituan' sama orang yg mukanya males-malesan, ga mood, dan ngantuk???
Kedua: istri gak seksi alias gendut. Hello..  Ngaca dulu deh. Situ six packs? Ngga? Zip it!! 
Ok deh, istri emang wajib dandan untuk suami. Tapi, lagi2, be rational. Lihat deh, istri punya waktu ngga di sela2 ngurusin segitu banyak anak? Lagian, shouldn't love look through our body? Question: love or lust? 
Ketiga: pacar cantik, seksi, mau lagi. Kalo yang ini, I'll zip my mouth. Ga bisa ngomong apa2 lagi karena buatku: yang ngomong ini bukan seorang ayah, bukan seorang suami, bahkan bukan orang dewasa, tapi anak2. Ngomong sama anak2 ga bisa pake logika, ga bisa mancing pake perasaan. Kenapa? Karena yang anak2 tahu cuma rasa enak vs ga enak. Di luar itu mereka ngga tahu, atau ngga mau tahu. Yang mereka tahu cuma yang enak dan ga enak bagi diri mereka sendiri. Jadi, percuma buang2 tenaga berusaha rasional sama orang seperti ini. Sampai kapanpun ga akan ketemu sebelum dia menjadi 'dewasa'. Dan....mungkin memang tidak bisa dipertahankan menjadi seorang suami....... 

Haduh, tulisan ini kok penuh emosi ya? Hehe.. Biarin deh. 😁