Jumat, 08 Oktober 2010

Anak Cerdas

Beberapa hari yang lalu Fazli dapat goodiebag dari temannya yang ulang tahun, Ailafutree Negriku alias Giku. Goodiebag-nya unik sekali. Sebuah e-book dalam bentuk CD yang dibawahnya tercantum copyright by ailafutree dan orang tuanya!

Hmmm... penasaran saya buka e-booknya. Rupanya isinya cerita tentang seorang anak laki-laki yang punya binatang peliharaan bunglon. Kalau saya perhatikan ya, sepertinya ilustrasinya buatan Giku. Entah seluruh ilustrasi atau hanya mewarnai ilustrasinya saja, saya ngga tau. Bagaimana dengan isi ceritanya? Kalau dari keterangan di akhir e-book, kemungkinan besar cerita itu dari orang tua Giku, yang katanya terinspirasi oleh pengalaman teman kuliah dulu.

Anyway, terus terang penasaran sih, seperti apa aja sih karya Giku? Atau lebih luas lagi, seperti apa sih bakat dan karya seorang anak TK B? C'mon, sebagai orang tua pasti pernah wondering dimana 'posisi' anak kita di tengah-tengah lingkungan sekolahnya. Melihat goodiebag itu, jadi wondering sejauh apa kegiatan belajar mengajar orangtua-anak di rumah teman-teman Fazli. Terus, bagaimana dengan anak-anak saya di rumah? Sudah cukupkah? Kurangkah?

Seharusnya tidak ada pakem ya, karena tiap anak berbeda-beda perkembangannya, dan berbeda pula bakat dan ketrampilannya. Belum lagi beda kebiasaan. Tapi mau ngga mau sebagai orang tua melakukan pembandingan itu seperti tidak terelakkan, meskipun sebenarnya engga mau. Ngga ada orang tua yang mau anaknya ketinggalan. Ngga ada orang tua yang mau anaknya ngga cerdas.

Saya termasuk orang tua kategori santai. Tidak terlalu memaksakan anak harus bisa begini dan begitu. Tapi sepertinya jauh di dalam hati tetap ada kecemasan. Mendengar ada teman yang anaknya suka baca dari sejak kecil, jadi wondering: anak2ku kok ngga ada yang suka buku ya? Padahal ibunya kutu buku. Ataukah mungkin sebagai ibu saya tidak terlalu mengenalkan buku sedari kecil? Mendengar ada teman yang anaknya sudah hafal alfatihah dan ayat kursi, jadi berpikir, kok hebat sekali ya? Tapi itu karena sedari bayi setiap malam ibunya selalu melafalkan doa-doa itu sebelum tidur. Ah, kenapa saya tidak begitu ya? Padahal saya adalah salah satu contoh yang bisa dibilang tanpa sadar sudah hafal segala macam doa zikir (meskipun engga tau artinya) dari kecil karena dulu setiap Papa selesai sholat selalu membaca serangkaian doa zikir itu. Seharusnya anak-anak saya juga bisa begitu!

Ada penyesalan-penyesalan yang muncul, tapi saya tekan. Dan sepertinya keluar dalam bentuk 'kekecewaan' apabila anak-anak malas atau tidak bisa bikin PR. :(

Well, despite all that, saya tetap yakin setiap anak itu cerdas. Saya juga yakin anak-anak saya cerdas. Mungkin tidak terlalu suka buku (well, untuk saat ini ya, kali aja nanti bisa saya 'racunin' hingga sadar betapa  menyenangkan yang namanya buku itu. :p ), mungkin belum selancar temannya dalam baca doa (ini masih bisa berubah! semangat!), mungkin motorik halusnya belum sesempurna temannya (apalagi teman cewe ya, yang kelihatannya lebih telaten. :) ). Tapi setiap hari saya menemukan perkembangan-perkembangan pada diri anak-anak saya yang tetap membuat saya takjub.

Tapi saya sadar, saya juga harus berubah. Harus lebih aware sama dunia anak, harus lebih berusaha lagi. Usaha mengenalkan lebih banyak buku kepada anak-anak. Usaha membacakan doa-doa dan memastikan anak-anak mendengarkan.

dan yang paling penting......

Usaha untuk lebih bersabar menghadapi anak-anak. Boy is it hard? :p

2 komentar:

  1. hahaha, mungkin memang belum waktunya ya.... yakin deh, pasti fazli juga anak cerdas, mungkin bentuknya aja yang tidak persis sama dengan sang bunda....
    nggak mungkinlah, bunda yang kutu buku dan sekolah tinggi -bahkan sampe s2- nggak nurunin setetespun kecerdasannya buat fazli, iya kan?
    mungkin memang belum waktunya fazli kutu buku.
    coba inget2, mulai kapan jeung iwed punya prestasi belajar yang tinggi? jangan2 baru terpacu dan terpicu di sd (nggak sejak tk).
    seingetku, prestasi belajarku waktu kelas 1 sampe 3 sd tuh biasaaaaa banged. nggak pernah punya nilai 8 (kalo nggak 6 ya 7, hihihi kesian ya???). tapi di kelas 4, smuanya berubah. entah knapa minat membaca, mengamati dan belajar mendadak meroket, dan Alhamdulillah berpengaruh terhadap prestasi akademik yang makin membaik.
    yang penting, jangan sampe fazli kehilangan moment2 bermainnya di masa kecil, stuju nggak jeung iwed? :)

    BalasHapus
  2. iya juga sih mbak, keknya aku baru mulai suka buku pas SD ya. tapi aku pas TK dah bisa mainin orgen, kok anak2ku ditawarin les musik pada ga mau ya? hihihihihi....

    BalasHapus